PERJALANAN HIDUPKU

 

PERJALANAN HIDUPKU

 

Karya: Citra Candra Dewi




 

Namaku lupita aku adalah anak tunggal dari keluarga yang sangat terpandang dikota ku.bisa di katakan aku adalah anak yang sangat dimanja oleh kedua orang tuaku,sekarang aku duduk dibangku kelas 11 SMA Nusa Bangsa sekolah yang paling baik di kota ku kedua orang tuakulah yang memilihkan aku sekolah di sana.tapi kebahagiaan tak kunjung kudapatkan karena kedua orang tuaku sibuk dengan bisnis yang digeluti saat ini,sampai-sampai tak saa waktu untuk bersama.aku yang dulu pernah merasakan kebahagiaan kini menjadi sebuah kenangan aku sekarang kurang diperhatikan oleh kedua orang tuaku setiap pulang sekolah hanya bik inah yang menemani aku dirumah,jadi tidak heran jika aku menjadi anak yang urakan bandel nakal sering keluar malam bahkan alkohol sudah menjadi minuman ku dan sudah menjadi teman setiaku.

 

Kulakukan hal hal seperti ini karena aku merasa hidup ini tiada artinya lagi dimata mama dan papa,mereka sibuk dengan dunianya bahkan lupa dengan buah hati semata wayangnya,saat aku sakitpun mereka tak pernah peduli denganku bahkan mereka hanya memberi aku uang untuk pergi ke dokter,sampai sampai mama dan papa tidak tau kalau aku sering minum minuman keras sering keluyuran tiap malam sering jalan sama cowok yang nggak jelas masa depan nya.

 

Pada saat ulang tahun kuaku inggin mama dan papa ada disampingku menemaniku merayakan hari bahagiaku,tapi itu hanya angan angan yang tak pernah terwujud aku merasa tak dibutuhkan bahkan mera lupan kalau hari ini hari sepesial ku,dihari ini sudah kuniatkan untuk pergi bersenang senang dwngan teman teman ku aku pagi pagi sekali sudah siap untuk pergi ke bascamp tempat biasanya aku nongkrong dengan teman teman,aku meneguk minuman yang tak seharusnya aku minum minuman yang sangat memabukkan yang membuat kepalaku puter-puter tak karuan karena terlalu banyak meminumnya,seharian penuh aku berada dibascamp itu dengan teman teman samapi menjelang larut malam pada saat itu aku tak memikirkan kehidupan akhirat yang ada dipikiran ku hanya bahagia dan bahagia.

 

Tepat pukul 11 malam aku diantarkan pulang oleh temanku karena tidak mungkin aq pulang dengan keadaan tak sadarkan diri sesampainya dirumah pun aku masih belum sadar mama dan papa sontak kaget melihat aku pingsan tak berdaya papa membawaku kekamar. sesaat kemudian akupun terbangun tapi kepalaku terasa sangat sakit mataku pun barkunang kunang kudapati mama dan papa disamping ku "tumben ma pa ada dirumah?" Gumam ku lirih "iya sayang mama dan papa sengaja pulang cepet karena mama dan papa ingat bahwa hari ini hari sepesial mu HBD sayang"kata mama sambil memeluk tubuhku sangat erat "apa mah,,,mama dan papa ingat kalau hari ini ualng tahun ku aku pikir kalian lupa,aku nungguin mama dan papa dari satu hari sebelum hari ini aku ingin merayakan bersama mama dan papa"kataku sambil meneteskan air mata,"tidak sayang kami tidak akan lupa kalau hari ini hari bahagia mu sayang"kata papa sambil mencium jidatku dan mengelus rambutku.

 

Inilah yang aku nanti nanti dari dulu saat saat seperti ini aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa,suatu pagi mama menyapa ku dengan lembutsambil berkata" selamat pagi sayang ku,sayang mama mulai saat ini akan stay at home mama akan selalu menemanimu mama akan selalu ada buat


kamu sayang"ucap mama sambil mengelus rambut ku akupun hanya tertunduk dengan deraian air mata yang memebasahi kedua pipiku dan yang mewakili kebahagiaan ku pagi ini.

 

Hari hari telah berganti hidupku sudah semakin membaik,hal hal yang dulu menjadi kebiasaan buruk ku perlahan lahan mulai kutinggalkan aku berfikir untuk memulai hidup hidup baruku bersama keluargaku tercinta aku memutuskan untuk berhijab merubah penampilan yang dulu sangat tidak layak untuk dipandang mata.

 

Sekarang aku habiskan waktu ku untuk dirumah aku memulai nya dari awal mulai aku sekarang seperti teroris tertutup dari ujung kepala hingga ujung kaki kecuali wajah dan tangan papa dan mama pun heran melihat aku yang seperti ini tapi tak masalah bagiku inilah awal hijrahku, iya kalau masalah sekolah sudah kuputuskan untuk berhenti sekolah setahun yang lalu saat aku masih naka dulu kalau saat ini aku belajar ilmu agama aku sekarang sering mengikuti kajian islam di pondok dekat rumahku bahkan teman²ku pun banyak anak pondoknya jadi aku sering bertukar cerita bersama mereka kami berbagi cerita satu sama lain saat ini sedikit demi sedikit sudah aku laksanakan perintah Allah dan aku jauhi laranganNya.

 

Aku mulai merubah pola pikirku yang dulu hanya memikirkan dunia tanpa memikirkan akhirat kini aku memperdalami ilmu agama ikut serta kegiatan yang diadakan pondok tempat ku mengaji.

 

Pertama hijrah banyak dari tetanggaku bahkan teman²ku yang mencibir yang tak suka dengan penampilanku yang sekarang tapi semua itu tak aku hiraukan toh dia tak tau apa arti hidup yang sebenarnya aku berusaha beristiqomah untuk menjadi muslimah terbaik karna aku berfikiran tak perlu susah² mengejar dunia karna sejatinya dunialah yang akan mengejar kita.

 

Kedua orang tuaku tak bisa berbuat apa² mereka mendukung apapun yang aku lakukan selama itu baik untuk diriku dan juga untuk orang lain.

 

Hari ini minggu ketiga aku mengikuti kegiatan dipondok tempat aku mengaji setelah bangun untuk melaksanakan sholat subuh akupun bergegas membereskan rumah aku memasak untuk sarapan pagi setelah itu aku bergegas mandi karna waktu sudah semakin siang,aku meminta bik inah untuk membangunkan papa dan mama yang dari tadi belum bangun mungkin mereka lelah dengan pekerjaan nya mangkanya mereka belum bangun.

 

Sebelum berangkat biasanya aku pamitan pada papa dan mama tapi berhubung mereka belum bangun aku titip salam untuk mereka pada bik inah aku hampiri bik inah yang menyiapkan makan pagi diruang makan"selamat pagi bikk"sapaku sambil mencubit tangan bik inah,"selamat pagi non kk semuanya sudah bersih non,makana sudah siap non nggak nunggu bibik bangun kenapa nggak nunggu bibik bangun non???"tanya bibik nyerocos tanpa henti akupun tersenyum melihat rau wajah bibik yang khawatir dengan aku"bik semuakan sudah beres rumah sudah rapi bersih makanan sudah siap jadi tugas bibik bangunkan papa dan mama dan satu lagi bik bilang sama mereka aku berangakt dulu karan sudah telat bik terimakasih bibik"aku cium tangan bibik lalu aku berangkat tanpa menunggu jawaban dari bibik karna aku sudah telat mengikuti kajian dipondok hari ini aku sedikit terburu buru sampai dipertigaan gang rumah aku tak melihat jika dari arah berlawanan ada sebuah mobil sedan melaju dengan


kecepatan sangat tinggi sesaat kemudian brrrraaaaaakkkkk.....

 

Saat itu aku hanya mendengar suara jeritan tangisan orang2 disampingku suara itu semakin hilang dan dunia semakin gelap aku lemas tak sadarkan diri.

 

Sebagian orang yang menolongku mendatangi rumahku memberitau keluargaku bahwa aku dibawa kerumah sakit mama yang mendengar kabar itu langsung bergegas kerumah sakit melihat keadaanku yang tak berdaya mama dan papa hanya memanjatkan doa semoga kesembuhan ada pada diriku.

 

Tak lama kemudian dokter yang menangani aku keluar dari ruanganku "Dok bagaimana keadaan lupita anak saya" tanya mama sambil menangis,

 

"Keadaan anak ibu sanagat kritis,saya akan berusaha semaksimal mungkin jika sudah tak sanggup bertahan untuk beberapa jam lagi maka itu semua takdir tuhan"jawab dokter sambil berlalu meninggalkan mama dan papa yang menangis Mama dan papapun gelisah melihat keadaanku yang semakin parah,meski aku memejamkan mata tapi aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa dikamar ICU mama dan papa yang berada disampingku tiada henti memanjatkan donya untukku hatiku menangis inilah masa² terakhirku tiba aku mendengar sayup sayup suara mama menangis agar aku cepat sembuh.

 

Aku bahagia disaat² terakhirku mama dan papa ada dusampingku tapi aku tak bisa membuka mataku,aku hanya dapat menangis dalam pejaman mataku dan merasakan semua ini untuk tetakhir kalinya.

 

Kondisiku semakin melemah aku sudah tak sanggup lagi menahan sakit ini terdengar suara papa membimbingku melantunkan syahadat untuk memudahkan aku meninggalkan dunia,aku ikuti suara papa dalam batinku mama menangis histeris disampingku sambil memeluk erat tubuhku yang sudah tak bernyawa ini akupun merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

 

Mentari pagi ini mengantarkanku pada peristirahatan terakhirku dan aku bahagia pada saat tuhan memanggilku aku sudah merubah semua gaya hidupku dan inilah akhir perjalanan hidupku.

Tragedi 15 Mei

 

Tragedi 15 Mei

(Merita Dwi Ananda)



Seperti tahun tahun yang telah berlalau.bertepatan dengan bulan suci ramadhan dimana pada tahun ini adalah bulan yang dinanti- nantikan oleh banyak orang. Datangnya bulan Ramadhan merupakan sebuah anugerah bagi para pemeluk agama Islam. Pada bulan ini pula ibadah kita dilipat gandakan oleh Allah SWT. keberkahan selalu  dirasakan bagi semua orang terutama orang yang bertaqwa.

       Pada bulan ini banyak orang- orang yang berkeliaran selempar seriuh bukan tanpa tujuan. Mereka berkeliaran untuk melakukan aktivitas jalan-jalan pagi. Dibulan Ramadhan ini memberikan kesan. Banyak yang terlihat gembira dipagi hari. Mereka terlihat tertawa lepas bersama kawannya. Namun ada pula yang jauh dari fitri ditahun-tahun yang lalu.                                

      Pada tahun ini .disebuah desa terpencil mengalami kejadian buruk yang diakibatkan dari balon udara. Bukan dari balon udaranya langsung. Melainkan dari petasan yang mereka buat sendiri yang nantinya akan diikut sertakan dalam penerbangan balon udara tersebut. Tidak aneh karena tahun-tahun lalu pun penerbangan balon selalu disertai dengan petasan. Pada tahun lalu petasan selau dibuat dengan bahan kertas.tetapi pada tahun ini petasan tersebut dibuat berbeda

     Para pemuda di desa tersebut mempunyani inisiatif tersendiri untuk membuat petasan dengan berbahan dasar dari botol kaca bekas minuman yang tidak terlalu besar ukuranaya. Awalnyaa mereka membunyikan berapa buah petasan. Terlihat ketakutan ataupun kesal rasa tersebut timbul akibat petasan-petasan kecil yang sengaja dilempar oleh tangan- tangan jahil ke arah mereka .

Hari terus berganti hingga pada saat mendekati fitri, banyak pemuda yang ingin membuat serta menerbangkan balon udara karena hal seperti ini merupakan sebuah tradisi pada tahun- tahun lalu para pemuda bermain ramai membuat serata menerbangkan balon udara mereka tampak begitu puas melihat balon yang dibuat dapat terbang melambung tinggi dengan sempurna. Rasa kepuasan begitu tampak mereka rasakan hal ini dapat dilihat dari expresi telah menuturi besarnya kerugian yang mereka keluarkan untuk biaya balon udara tersebut.

Tetapi pada fitri kali ini begitu tampak yang mereka buat. Dan hasilnya pun sempurana .tidak ada yang perlu di kawatirakan .mereka memebayangkan kembali sebuah petasan tetapi petasan itu tidak mau berbunyi akhirnya sebuah pemuda menekat memperbaiki. Ppemuda tersebut berniat membunyikan kembali mulanya pemuda tersebut hanya memestikan apakah petasan yang dibuat dapat berbunyi atau tidak. Lalu pemuda tersebut memuli petasan dengan mengunakan benda kertas. Alhasil petasan tersebut membeledak! Bukan seperti ledakan petasan pada umumnya melainkan petasan tersebut berbunyi layaknya bom yang meledak.

Akibat dari ledakan tersebut banyak yang menjadi korban kondisi para pembuat maupun beberapa orang lainya yang melihat sangat kritis bahkan pemuda yang memukul petasan tersebut harus kehilanang nyawa dan yang lain hanya luka bakar hingga mereka di bawa ke Rumah Sakit untuk di operasi

      

Kisah Mula Awal Perintis Usaha Motor

 

Nama    : Laziardi Dicky Wahyu

No        : 05

Kls        : XII

 

 

"Kisah Mula Awal Perintis Usaha Motor"



        Awal mula saya memulai merintis usaha ini bersama teman saya yang bernama Yoga. Yoga adalah  teman ketika saya yang bingung mau mencari pekerjaan apa. Ketika sudah lulus sekolah, Yoga "sekolah udah lulus sekarang bingung mau cari kerja apa!" ,

Diki " hemmm..gimana kalau kita buka usaha motor saja?" di sini titik awal sebuah keinginan yang kuat untuk meraih kesuksesan terbentuk.

Yoga "boleh juga ide kamu dik"

Diki "kalo kita tidak mencoba mana kita tahu kan?"

Yoga "baiklah kalo begitu kita kumpulkan modal untuk usaha baru kita ini".

Diki " ya, ayo kita mulai dari sekarang".

        Sekian lama waktu berjalan lama kelamaan usaha mulai berjalan, dari yang semula modal hanya bisa untuk membeli satu atau dua motor setelah sekian lama keuntungan pun didapat sekarang Alhamdulillah bisa membeli sepuluh sampai dua puluh motor. Dan usaha ini terus berkembang hingga saat ini, kota demi kota kita telusuri mencari motor" yang layak dan bagus untuk dijual kembali. Susah senang dijalani kita lewati bersama" demi meraih impian kesuksesan.

 

 

 

PANCAROBA

 

PANCAROBA

(Ita Purnamasari)



Iya tidak pernah tahu apa yang dirasakan pada saat itu.Semua berlalu begitu saja, cepat bagi senter yang dinyalakan. Pasalnya lelaki yang digadang-gadang akan menjadi belahan jiwanya itu, pergi tanpa meninggalkan jejak, sehingga membuat Anasti harus menjawab teka-teki kepergian lelaki itu. Iya, namanya Anasti, hanya Anasti saja, semua orang selalu memanggil dengan nama anasti tidak anak ataupun Asti. Anak kedua dari tiga bersaudara yang diambil para Arjuna, tinggal bersama ibu dan saudaranya tanpa seorang ayah tidak merestui berumur 7 tahun. Dia ingat betul akan kenangan dengan ayahnya, yang selalu memberi “ kebebasan” kepada Anasti untuk menentukan Jalan hidupnya “ kamu yang akan menjalani Anasti, Ayah manut saja, apa yang membuat kamu nyaman ya silahkan, asalkan itu baik!”  Itulah perkataan yang dikenang Anasti akan kelembutan ayahnya, suatu hal yang membuat Anasti sering kangen dengan kasih sayang sosok ayah. Pernah suatu kali Anasti meminta ibunya untuk menikah lagi lantaran Anasti mengharapkan hadirnya ayah dalam kehidupannya. Spontan ibunya langsung menolak menikah lagi, dengan alasan dia bisa memberi dan mencukupi anak-anaknya dengan tangannya sendiri. Bukan ibunya tak memberikan kelembutan pada Anasti, tapi sikap ibunya yang "sedikit"  otoriter membuat anasti salah tangkap, puncaknya menjelang kelulusan SMA, tak pernah satu haripun terlewatkan, ibu selalu memberi wejangan “ Sebentar lagi lulus SMA, bekerjalah seperti kakakmu Endra, cari ilmu tak harus kuliah to... Di manapun Anasti di tempat itu, pasti ada ilmu. Toh banyak sarjana sekarang yang nganggur, tanpa kuliah pun kamu bisa berwawasan luas, asalkan kamu memanfaatkan apa yang ada di sekitarmu "Sepenggal kalimat yang menjadi andalan ibu untuk diberikan pada Anasti, sebenarnya Anasti juga tidak terlalu minat dengan dunia perkuliahan itu, entah sejak kapan tiba-tiba Anasti mulai mengumpulkan brosur-brosur perguruan tinggi yang membuat ibu harus memberikan "andalannya". Mungkin anak sedang mengikuti trend zaman. 

Yang dirasakan Anasti sekarang adalah bingung gundah gulana, iya harus sesegera mungkin menepis dan menyelesaikan masalah yang akhir-akhir ini menjadi beban pikirannya, bak diberi 100 soal Matematika yang harus diselesaikan, Anasti berpikir keras malam itu. Pertama ia harus segera memutuskan untuk bekerja atau kuliah karena lulusan tinggal menghitung hari. Bukan hal mudah bagi Anasti untuk memilih, ia bisa saja kuliah dengan bantuan beasiswa, tidak pintar-pintar amat, tapi kalau kuliah dengan jalan beasiswa pasti diterima, memilih kuliah, kerja atau kuliah sambil kerja, uhh...kenapa serumit ini. Dan akhirnya fix Anasti memutuskan untuk bekerja. Satu lagi! Tentang lelaki yang pergi entah kemana itu, anak tidak mau ribet dengan urusan lelaki, memang Anasti terlanjur jatuh hati dengan lelaki yang hanya lulusan SMP itu, lelaki yang menemaninya 2 tahun terakhir ini. Dan sekarang anak dengan untuk menjawab teka-teki kepergian lelaki itu.

“ Mbak Anasti, bangun mbak! Sama ibu suruh siap-siap nanti ketinggalan rombongan lho!” Suara berat Viki dari balik pintu membuat anasti membuka mata lebar-lebar titik tidak lama, Anasti sudah siap dengan satu tas ransel besar dan satu tas jinjing yang berisi barang-barang pribadinya. Ya.. Benar sekali, hari ini anasti berangkat bekerja, tidak jauh masih satu kota tapi kebijakan dari pabrik diberikan libur dengan rentan waktu 1 tahun. "sarapan dulu, anasti" Suruh ibu, anasti pun langsung melahap makanan yang disediakan Ibu. "buk, mbak! Viki berangkat dulu assalamualaikum”Pamit Vicky yang sudah siap dengan seragam putih biru nya, segera anasti dan ibu menjawab salam Vicky. "Ibu jaga diri dan hati-hati di rumah ya" pesanan Asti, "pasti anasti, ibu akan selalu jaga diri, kamu juga ya" Flora Ibu, hingga akhirnya lambaian tangan anasti menjadi pemisah kedua Insan tersebut . Anasti sebenarnya tidak tega harus meninggalkan ibu di rumahnya ditemani si bungsu, Bukan anasti tidak bisa mengandalkan Vicky adiknya itu,Tahulah... Anak remaja sekarang, terutama  laki laki! Tapi anasti bisa melihat bahwa Vicky sebenarnya anak yang baik dan tidak neko-neko, hanya saja dia suka sekali menghabiskan waktunya di sekolah untuk ekskul yang Iya gandrungi itu.Rela tidak rela anasti memang harus meninggalkan ibunnya.

 Entah bagaimana orang disekitar memandang anasti, anasti dengan segala sifat dan keunikannya. Unik! Ya anasti memang unik, Gadis yang suka sekali memainkan bolpoin di tangannya itu dengan memutar-mutar nya, gadis yang termasuk suka selfie tapi tak pernah sekalipun memposting di akun medsos nya, gadis yang terlalu Masa bodoh dengan hal-hal yang   menurutnya tak perlu diladeni hingga tak jarang membuat teman-temannya geram dengan sikap Masa bodoh nya itu, satu lagi tanda seru yang membuat  anasti patut dijuluki gadis unik, Kebanyakan orang termotivasi  dari orang seperti: albert einstein,thomas alva edison,bj habibi dan orang berpengaruh didunia lainnya,Tapi anasti cukup saja dengan melihat perjuangan ibu, dia sudah kenyang dengan motivasi. Ya anasti termotivasi dari ibunya, tidak hanya itu saja kakak, adik dan orang-orang terdekat lainnya termasuk Ayah. Siapa saja orang yang membuat anasti kagum,berjuang dengan cara sendiri.” Iya bisa melakukannya! Kenapa aku tidak "sepenggal kata yang membuat anasti termotivasi dari orang-orang terdekat. Oh ... Ya tentang kakaknya anasti" Kak Indra "biasa anasti memanggilnya, salah satu manusia yang Allah ciptakan untuk menemani perjuangan hidup anasti, jarak memang memisahkan antara anasti dan kak Indra  yang tengah mencari puing-puing rupiah di negara antah berantah.Tapi tak bosan sekalipun kak Indra memberikan pesan-pesan pada anasti, terutama mengingatkan untuk salat. 

Sore itu pukul 14 35 anasti tiba di tempat kerjanya, agak gugup Memang, karena Ini pertama kalinya ia bekerja. Setelah banyak tahun sebelumnya ia gunakan untuk mengenyam pendidikan titik syukurnya Anarki tidak sendiri bersama para rombongan yang minoritas para tetangganya yang sudah berpengalaman bekerja titik di situlah kisah itu dimulai, dengan keterbatasan ilmu dan minimnya pengalaman membuat anasti harus mengejar ketertinggalannya. Tidak mudah! Malahan Asti sering mengeluh karena belum terbiasa melakukan hal-hal yang seperti ini. Pekerjaan yang harus selesai dengan mengejar target membuat anasti harus mengerahkan seluruh tenaganya, belum lagi jika anak tidak mood kerja lantaran rindu dengan keluarga dirumah titik tahun ini seharusnya menjadi tahun yang penuh sukacita bagi keluarga anasti, dengan jadwal yang sudah ditentukan kan Kak Indra pulang untuk masa liburan kerja, tapi bagaimana dengan anasti, yang seharusnya berkumpul bersama keluarga bersukacita dengan kepulangan kak Indra yang sudah lama sekali tak pulang, anasti harus tetap bekerja karena pihak pabrik tidak memberikan toleransi untuk masalah pulang. “  andai  saja, aku tetap memilih untuk kuliah, mungkin saat ini aku bisa berkumpul dengan keluarga dan kak Indra "keluh anasti dalam batin.  Setiap  perbuatan ada konsekuensi masing-masing,  Anasti memilih untuk di akibatnya, dan  memang harus seperti itu!

Hari , bulan, dan Serangkaian peristiwa berikutnya, menjadikan Anas Ti lebih dewasa dengan berbagai bentuk masalah yang disodorkan kepadanya, mulai dari kabar baik dan buruk datang silih berganti dari rumah diterima oleh Anasti. Ingin  sekali rasa nya anasti keluar dari pekerjaan itu, Masalahnya Saat itu Ibu sakit dan harus opname di rumah sakit, tapi anasti sama sekali tak di perbolehkan pulang, sebenarnya Ibu tak menyuruh anasti untuk pulang, banyak para kerabat dan tetangga yang peduli dan merawat ibu, tapi sebagai anak perempuan satu-satunya anasti ingin sekali merawat ibu yang sedang sakit. Kejadian seperti itulah yang menyadarkan anasti untuk selalu kuat bagai karang yang dihantam ombak berkali-kali tapi tetap tak goyah sedikitpun.

    "buk!....ibu” Panggil Vicky dari luar rumah

 “ ada apa  Vicky , tumben sekali   kamu sudah pulang sekolah biasanya ikut ekskul dulu “

 " hari  ini sengaja Vicky tidak ikut ekskul Bu "

 " memang  kenapa?”

“ tadi Vicky dapat  kabar Kalau Mbak Anasti  lusa pulang "

“bener vik?” 

“iya buk gimana kalo kita kabarin kak kak endra”

“boleh….pasti kakakmu bakalan ambil cuti”

 

Sedangkan di tempat lain Anasti Tengah berkemas-kemas dengan barang-barang yang akan dibawanya, hari Itupun anasti pulang ke rumah untuk melebur rasa rindu yang sudah lama bersarang di Lubuk hatinya,  lega sekali bisa bertemu dengan ibu dan keluarga di rumah, beberapa obrolan dan cerita anasti berikan untuk melepas rasa kangen.  Tapi  sama sekarang kenapa Kak Indra belum sampai di rumah.ahh...  Anasti  dan ibu tak berpikir yang aneh-aneh, mungkin masih dalam perjalanan . Hingga tiba-tiba  Vicky Berlari dengan suara yang tak jelas karena saking gugupnya.Betul sekali, Kak Indra kecelakaan, bus yang ditumpangi masuk ke jurang. Apa yang disarankan anasti saat ini tak jauh beda ketika ia mendengar kabar kematian ayahnya dulu. Harapan untuk bisa bertemu dengan kakaknya seakan musnah . Bertahun-tahun Anasti menahan  rasa Rindunya kepada  Kakak satu-satunya itu . Inilah rasa kehilangan yang sesungguhnya, kak Endra yang mepunyai watak persis seperti ayahnya itu pergi untuk selamanya, berharap Anasti bisa melihat wajah kakaknya, karena sudah beberapa hari kak endra belim ditemukan hingga akhirnya tim sar memutuskan untuk menghentikan pencarian.” Ya ALLAH ku serahkan semua urusanku kepadamu”Anasti hanyalah manusia biasa dengan berbagai kelemahan, sedih   berlarut-larut hanya membuat dirinya drop. Banyak para teman, kerabat dan tetangga yang melayat ke rumah Anasti, salah satunya lelaki yang meninggalkan anasti dulu

“taro!” panggil anasti,masih sama seperti yang dulu,rasa cinta itu masih ada,utuh tak berkurang sedikitpun.

“masih ingat sama aku anasti”

“tentu saja aku masih ingat”

“aku turut berdukacita atas apa yang menimpa kakakmu”

“iya terima kasih”

“aku minta maaf anasti”

“sudahlah taro lupakan saja”

Tak menyangka anasti akan bertemu dengan taruh di saat-saat seperti ini, berharap taruh masih memiliki rasa yang sama seperti Anarki titik Tapi ekspektasinya itu harus dibuang jauh-jauh, karena Taro datang tak sendiri melainkan dengan istrinya. Anak tidak pernah tahu pernikahan itu . Karena tak sepatah pun memberi kabar pada anasti. Seharusnya anasti tak berharap pada manusia, termasuk Taro, tak ada seorangpun yang tahu kapan Rasa Cinta itu datang dan pergi.

 Hari-hari berikutnya  anasti jalani dengan rasa syukur yang penuh, mencintai apa yang Anasti dimiliki termasuk ibu dan viki. Tak ingin memikirkan masalah laki-laki .Fokus pada kerja itu yang anasti pilih. Karena anasti lah sekarang  tulang punggung keluarga.  Sebenarnya ada beberapa lelaki yang menaruh perhatian pada anasti, tapi  lagi lagi anasti menyikapi dengan masa bodoh nya, bukannya egois tapi anasti tak mau salah langkah, dan mengulang kesalahan yang sama. Hingga saat itu, suatu hal yang membuat anasti tercengang! Datang lamaran dari seorang lelaki “ "saya Fikri, kedatangan saya kemari ingin mengutarakan niat baik saya pada anasti” pernyataan Fikri dengan kesungguhannya.

“  Anasti,fikri itu anak yang baik teman kakakmu sendiri” Anas bingung Bukan main, dia tak mengenal siapa itu Fikri, tapi setelah mendengar perkataan ibu, perlahan anasti  membuka kembali hatinya.” Bisa jadi apa yang kamu sukai itu tidak baik bagimu, dan apa yang tidak kamu sukai itu baik bagimu” anasti tak pernah tahu apa yang akan  menimpa dirinya setelah pernikahannya dengan fikri,hanya saja anasti berusaha membuat tameng agar dirinya tak goyah.