TEKS EKSPLANASI KELAS XI TENTANG PERISTIWA YANG TERJADI DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL


  1. Teks Eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses mengapa dan bagaimana suatu peristiwa alam, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan lainnya bisa terjadi. Suatu peristiwa baik peristiwa alam maupun sosial yang terjadi disekitar kita, selalu mempunyai hubungan sebab akibat dan proses. Kejadian yang terjadi disekitar kita pantas nya tidak hanya kita amati dan rasakan saja, tetapi sekaligus digunakan sebagai pembelajaran. Mengapa kejadian tersebut bisa terjadi dan bagaimana bisa terjadi kejadian seperti itu. Sehingga tujuan dari teks eksplanasi adalah untuk menjelaskan proses suatu fenomena alam dan fenomena sosial.
  2. Ciri - Ciri Teks Eksplanasi adalah strukturnya terdiri dari penyataan umum, urutan sebab akibat dan interpretasi. Informasi yang dimuat berdasarkan fakta (faktual). Faktual tersebut memuat informasi yang bersifat ilmiah/keilmuan, contohnya sains. Sifatnya informatif dan tidak berusaha untuk mempengaruhi pembaca untuk percaya terhadap hal yang dibahas.
  3. Teks Eksplanasi Memiliki Struktur Baku sebagaimana halnya jenis teks lainnya. Sesuai dengan karakteristik umum dari isinya, teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut, Identifikasi fenomena (phenomenon identification) mengidentifkasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan latar belakang terjadinya fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence) memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa. Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana” akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu. Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat. Ulasan (review), berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.
  4. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi
    Di dalam teks eksplanasi biasanya mengandung ciri kaidah kebahasaan berikut: Fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia (nonhuman participants). Contoh: tsunami, banjir, gempa bumi, hujan, dan udara. Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah. Lebih banyak menggunakan verba material dan verba relasional (kata kerja aktif). Menggunakan konjungsi waktu dan kausal. Contohnya penggunaan: sehingga, sebelum, pertama, jika, bila,  dan kemudian. Menggunakan kalimat pasif. Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan secara kausal itu benar adanya.
  5. Contoh Singkat Teks Eksplanasi Gerhana Bulan
    Identifikasi Fenomena
    Gerhana bulan merupakan salah satu fenomena alam yang sering kita jumpai. Peristiwa alam ini terjadi apabila bulan beroposisi dengan matahari. Namun, oposisi bulan dengan matahari tidak akan selamanya menghasilkan peristiwa gerhana bulan. Mengapa? Sebab kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar. Akan ada saat dimana terjadi perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika, yang kemudian akan menyebabkan munculnya dua titik yang juga dikenal dengan istilah node. Nah, gerhana bulan akan terjadi apabila bulan beroposisi dengan titik nude tersebut. Dibutuhkan sekitar 29,53 hari sampai bulan bergerak dari satu titik ke titik oposisi lainnya.
    Proses Kejadian
    Faktanya, ketika terjadi gerhana bulan, sebenarnya terkadang penampakan bulan masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan karena sinar matahari yang masih tersisa, berbelok menuju arah bulan oleh atmosfer bumi. Sinar matahari yang dibelokkan itu tentu memiliki spektrum cahaya kemerahan, yang merupakan alasan mengapa saat peristiwa gerhana bulan, tampilan bulan akan terlihat lebih gelap, biasanya berwarna merah gelap, jingga atau bahkan coklat. Untuk mengamati gerhana bulan, dapat Anda lakukan dengan mata telanjang tanpa adanya bahaya sedikit pun. Pada saat terjadi gerhana bulan, umat Islam yang melihat dan mengamati peristiwa gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf).
    Ulasan
    Ketika bayangan bumi menutupi sebagian atau seluruh penampang bulan, maka pada saat itulah akan terjadi gerhana bulan. Terutama ketika bumi menempati posisi diantara matahari dan bulan dan berada pada satu garis lurus yang sama, yang kemudian membuat sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena dihalangi oleh posisi bumi saat itu.
  6. Menyusun Teks Eksplanasi 
Penulis  : Frendi Setiawan
Sumber : Peristiwa Penyembelihan Hewan Qurban yang terjadi di desa Padas, Kecamatan Bungkal, Ponorogo.

Gotong Royong Berqurban di Padas

Qurban dan aqiqah dalam Islam adalah bentuk ibadah sunnah muakkadah berupa hewan yang disembelih dan dibagikan kepada orang lain. Hewan - hewan yang diperbolehkan untuk disembelih antara lain unta, kerbau, sapi atau kambing. Penyembelihan hewan qurban juga terjadi di desa tempat tinggal kami, yakni desa Padas, kecamatan Bungkal, kabupaten Ponorogo yang berupa dua ekor lembu.

Pada hari sebelumnya, yakni 9 Dzulhijah 1438 H, sebagian masyarakat di desa Padas melaksanakan puasa arafah dan pada tanggal 10 Dzulhijah 1438 H pagi harinya masyarakat di desa Padas berbondong – bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat Ied. Sedangkan pada tanggal 10, 11, 12, 13 Dzulhijah yang merupakan hari tasyrik, muslim diperbolehkan untuk berqurban namun dilarang melakukan ibadah puasa. Dihari – hari tersebut juga banyak dikumandangkan takbir baik di mushola maupun di masjid guna mengagungkan asma Allah SWT. Berqurban saat hari raya Idul adha dianjurkan sangat kepada siapa saja umat Islam yang telah mampu dalam hal ekonomi. Oleh karena itu tidak jarang bagi kita sebagai umat muslim untuk berqurban sebagai bentuk ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kita pada Allah ta’ala tak terkecuali masyarakat di desa tempat kami bermukim, dukuh Mendalan, desa Padas, kecamatan Bungkal, kabupaten Ponorogo.  

Ibadah Qurban memiliki histori yang sangat tinggi bagi umat muslim ketika nabi Ibrahim yang diutus oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya Ismail. Hingga masa Rasulullah SAW pun, ibadah Qurban masih tetap dilakukan sebagai wujud pengorbanan umat Islam akan kecintaannya kepada Allah SWT. Perintah berqurban di dalam Al - Qur’an tentunya diperuntukkan bagi mereka yang mampu dan memiliki harta yang lebih. Seperti halnya pada hari itu, masyarakat di desa kami berkurban dua ekor lembu, tepatnya tanggal 11 Dzulhijah 1438 H atau 2 September 2017 masehi yang dilaksanakan di masjid Al – Muhajirin. Sekitar jam 6 pagi masyarakat setempat telah berkumpul di masjid untuk pelaksanaan penyembelihan hewan qurban.

Penyembelihan dilakukan oleh bapak Tojib dan dibantu para warga sekitar serta kami anak - anak dari Panti Asuhan Nurrus Syamsi Bungkal. Panitia Qurban telah membagi tugas kepada masing – masing orang, seperti yang bertugas untuk pembagian hewan qurban secara merata, ada juga yang kedapatan untuk mengantar ke rumah – rumah/ masyarakat sekitar, ada juga yang ditugasi untuk mengurusi bagian isi perut lembu dan juga menggali tanah untuk pembuangan dari isi perut yang berupa kotoran.

Penyembelihan hewan qurban pun selesai sebelum tengah hari, sekitar pukul 10 waktu setempat. Masyarakatpun begotong royong membersihkan tempat penyembelihan agar tidak menyisakan bau yang menyengat dari sisa – sisa penyembelihan hewan qurban.


Penyembelihan hewan qurban merupakan tanda cinta kita kepada Allah dan kepada sesama. Sebab banyak sekali makna yang dapat kita ambil dari berqurban, diantaranya adalah bentuk rasa syukur kita atas nikmat Allah SWT, bentuk kepedulian kita terhadap sesama, mendapatkan kebaikan dari setiap helai bulu hewan qurban, melaksanakan ibadah yang disukai Allah SWT, meneladani keimanan nabi Ibrahim, mendapatkan rezeki yang berlipat dan tentunya untuk melaksakan syiar agama Islam “maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah” (QS. Al Kautsar : 2).


Penulis :  Dewi Ratnasari
Sumber : Kejadian langsung yang terjadi di seputar Kecamatan Bungkal, Ponorogo.

Operasi Zebra di Sekitar Wilayah Bungkal


Operasi Zebra merupakan operasi yang resmi digelar setiap tahun, gunanya adalah menekan angka kecelakaan lalu lintas serta pelanggaran berlalu lintas. Operasi zebra sering kali terjadi di jalan – jalan raya tempat pengendara sering melanggar ketertiban lalu lintas. Hal ini terjadi pula di desa Bungkal, kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo beberapa waktu yang lalu. Banyak pengendara yang kena tilang kebanyakan dikarenakan melanggar peraturan lalu lintas.

Hari selasa tanggal 12 September 2017 telah terjadi Operasi Zebra di wilayah Bungkal, Ponorogo. Operasi ini dilakukan tepatnya di dekat perempatan Bungkal. Siang menjelang sore itu banyak masyarakat  yang kena tilang, terutama anak SMA yang kedapatan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) , karena kebanyakan dari mereka masih belum genap 17 tahun untuk memperoleh SIM.  

Bukan hanya itu saja, operasi zebra juga menilang pengendara yang sepulang dari sawah, ladang, pasar, maupun kantor. Operasi Zebra pun di wilayah Bungkal pun usia menjelang sore, namun dari kejadian itu masyarakat yang kena tilang banyak diberikan penjelasan dan arahan dari pihak polisi tentang hal – hal yang harus dipatuhi saat berkendara di jalan raya supaya tak terkena sanksi atau tilang dan juga supaya mematuhi peraturan lalu lintas dengan baik.

Sebagai pengendara yang baik, hendaklah mematuhi peraturan lalu lintas dengan cermat, agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan dan bahkan sampai kena tilang, sebab jika sudah kena tilang, kepengurusannya pun tidak mudah. Alangkah baiknya sebagai pengendara kendaraan bermotor gunakanlah selalu helm berstandar SNI dan jangan lupa membawa SIM, STNK serta berkendaralah dengan benar penuh kehati – hatian, taatilah peraturan barlalu lintas dengan baik dan jangan lupa berdoa.


Penulis : Desi Lestari
Sumber: Kejadian langsung yang terjadi di desa Bancar, Kecamatan bungkal, kabupaten Ponorogo.

Kecelakaan yang Sepele Berakibat Fatal

Kecelaaan lalu lintas merupakan peristiwa yang sering kita jumpai. Kecelakaan biasanya sering terjadi diakibatkan oleh hal – hal yang sifatnya sepele atau jarang dihiraukan orang seperti kurang berhati – hatinya pengendara akibat buru – buru, kelelahan saat bekerja sehingga kurang fokus berkendara, ban bocor yang menyebabkan kendaraan oleng, sopir truk, bus atau mobil yang mengantuk, gesekan antar pengendara karena jalan yang sempit, kerusakan jalan seperti lubang, kerusakan pada mesin, rem blong dan lain sebagainya.

Pada bulan Agustus lalu kecelakaan juga terjadi di  Bancar, Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Kecelakaan itu terjadi oleh seorang bapak, seorang istri dan seorang anak kecil. Kecelakaan tersebut  bermula dari si istri yang dibonceng,  saat itu ibu tersebut sedang mengenakan rok panjang dan tanpa sengaja rok yang dipakainya itu masuk ke dalam rantai motor.  Motor yang mereka tumpangi melaju kencang dan naasnya rok si ibu yang dibonceng itupun menjeratnya sehingga kecelakaanpun terjadi. 

Dari peristiwa itu, seorang ibu dan anaknya tersebut mengalami luka berat  di bagian wajah, namun bapak yang membonceng keluarganya itu hanya mengalami luka ringan saja. Akhirnya si ibu dan anak dilarikan ke puskesmas terdekat di kecamatan Bungkal.  




Hal – hal yang kita sepelekan atau kita sering lalaikan justru terkadang bisa berakibat fatal juga apabila kita tidak berhati – hati terlebih saat berkendara motor. Alangkah baiknya jika kita perhatikan posisi duduk dengan membetulkan posisi rok panjang atau selendang yang kita kenakan saat bermotor, supaya hal – hal di atas tidak terjadi. 


Penulis : Linda Riyanti
Sumber: Kejadian saat peringatan Agustusan di Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo

Memperingati Agustusan dengan Seni Reog



Seni Reog merupakan kebudayaan yang berasal dari Propinsi Jawa Timur tepatnya kota Ponorogo. Oleh karena hal itulah kota Ponorogo juga sering disebut sebagai Kota Reog. Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa dan dadak merak. Ada lima komponen penari dalam reog, yaitu Prabu Kelono Sewandono, Patih Bujangganong, Jathil, Warok dan Pembarong. Kesenian reog banyak digemari di berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga ke manca negara. Reog banyak dipertunjukkan diberbagai pementasan di Jawa Timur dan sering dipertunjukan di ajang nasional maupun internasional, seperti saat Reog Ponorogo tampil di Festifal Cherry Blossom, AS beberapa waktu yang lalu. Oleh karena sebegitu besarnya apresiasi masyarakat terhadap seni Reog, maka di desa Bungkal, Ponorogo ini juga kerap menampilkan pertunjukkan reog di tiap tahunnya terlebih untuk acara tujuhbelasan atau hari kemerdekaan NKRI pada tanggal 17 Agustus.

Acara reog di desa Bungkal dilaksanakan disepanjang jalan dengan rute dimulai dari perempatan Bungkal hingga ke jalan – jalan kecil dan terus berlanjut hingga berakhir di Balai Desa Bungkal. Pertunjukan reog ini banyak disaksikan orang dengan beramai – ramai mengajak anggota keluarga, teman, dan saudara pada hari itu jalan di Desa Bungkal padat merayap, banyak kendaraan yang harus terhenti karena terhalangi oleh pertunjukkan reog tersebut. 

Pada saat itu beberapa komponen tari Reog beraksi dengan sangat menarik untuk ditonton. Penari jathil menari dengan lemah gemulai, para warok menari dengan gagahnya, dan begitu juga penari ganong yang sangat lincah dan juga lucu. Banyak masyarakat tampak dengan muka yang terlihat sumringah karena terhibur dengan penampilan dari mereka. Tak kalah hebatnya lagi ketika Reog dimainkan dengan iringan musik reog dengan nada musik yang begitu khas Ponorogoan.

Acara seni memang harus dilestarikan oleh masyarakat, terlebih kalangan anak muda dan anak – anak agar budaya bangsa tetap selalu lestari. Kita harus bangga dan cinta terhadap seni reog yang begitu fenomenal dan banyak digemari masyarakat bahkan hingga sampai ke manca negara. 


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »