Berpikir Secara Objektif ataupun Subjektif. Yang manakah kamu?

Life is Choice

Kehidupan adalah pilihan. Hitam atau putih dan tidak memilih keduanya pun adalah pilihan. Mencari Ilmu adalah refleksi dari gerakan manusia yang haus akan arungi samudra pengetahuan.

ADA dua orientasi pemikiran, yaitu objektif dan subjektif. Yang paling mudah yaitu berpikir secara subjektif, sedangkan yang paling sulit adalah berpikir secara objektif. Ada sekitar 95% orang berpikir secara subjektif dan hanya sekitar 5% orang yang mampu berpikir secara objektif. Sebuah angka yang sangat memprihatinkan.

Berpikir objektif

Yaitu berpikir sesuai dengan kondisi objektif berdasarkan acuan-acuan yang bisa dipertanggungjawabnkan.

Misalnya:

Kalau Anda melihat angka kemiskinan di Indonesia menggunakan kriteria dan parameter yang dipakai Biro Pusat Statistik (BPS), maka angka kemiskinan di Indonesia kecil (sekitar 13%). Padahal, fakta objektifnya jumlah masyarakat miskin di Indonesia masih banyak. Apalagi, kalau kita menggunakan kriteria dan parameter kemiskinan PBB, maka angka kemiskinan di Indonesiasekitar 39%. BPS adalah institusi lokal dan tingkat objektifitasnya kecil, lebih bersifat subjektif demi kepentingan politik. Sedangkan kriteria PBB betrsifat internasional dan diakui banyak negara.

Berpikir subjektif

Yaitu berpikir dengan kondisi subjektif dan tidak berdasarkan acuan-acuan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Misalnya:

Karena tidak suka dengan presiden “X”, maka SEMUA kebijakannya dinilai negatif. Tidak ada satupun yang baik.Semuanya jelek dan salah. Semua kebijakannya harus ditolak. Padahal, mungkin dari 100 kebijakannya, ada sekitar 20 kebijakan yang memang benar-benar baik dan positif.

Kesimpulan

Untuk berpikir objektif (bukan berpikir positif,bukan berpikir negatif), maka seseorang harus mampu menghilangkan penilaian-penilaian dan rasa tidak suka yang ada pada dirinya. Walaupun dia tidak suka kepada Si A, kalau memang perbuatan Si A positif, harus dinilai positif pula.

Jadi,syarat berpikir objektif:

-Harus sesuai kondisi objek

-Harus berdasar acuan yang bisa dipertanggungawabkan

-Tidak terbelenggu pada sikap “like or dislike”

Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku
Sejak 1973

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »